Sulit bernapas dan nyeri biasanya
akan dirasakan oleh penderita skoliosis dewasa jika tulang belakang yang
melengkung bertambah parah. Oleh karena itu, deteksi dini diperlukan untuk
mencegah skoliosis bertambah parah.
Gejala
Skoliosis
Gejala skoliosis dapat dilihat dari
perubahan penampilan dada, pinggul, atau bahu. Berikut ini adalah gejala-gejala
skoliosis yang dapat dilihat dari penampilan fisik.
- Salah satu pinggul tampak lebih menonjol.
- Penderita skoliosis mungkin condong ke satu sisi.
- Salah satu bahu lebih tinggi.
- Salah satu tulang belikat tampak lebih menonjol.
Skoliosis juga dapat menyebabkan
nyeri punggung, meski tidak semua penderita skoliosis mengalami hal ini.
Penderita skoliosis dewasa lebih sering mengalami nyeri punggung yang biasanya
terletak di titik lengkungan terjadi. Hal ini diakibatkan oleh makin parahnya
lengkungan tulang belakang.
Sakit yang dialami penderita
skoliosis sangat beragam. Beberapa penderita skoliosis ada yang mengalami rasa
sakit yang menjalar dari tulang belakang ke kaki, pinggul, dan bahkan hingga
tangan, terutama saat mereka sedang berjalan atau berdiri. Selain itu ada yang
merasa sakit saat duduk atau berdiri. Rasa sakit mereda jika mereka berbaring
dengan punggung lurus atau pada salah satu sisi tubuh. Sebagian penderita
skoliosis ada yang mengalami nyeri punggung secara konstan, bagaimanapun posisi
mereka. Selain nyeri punggung, penderita skoliosis yang parah juga bisa
mengalami kesulitan bernapas.
Skoliosis juga dapat memengaruhi
sistem saraf jika ujung saraf tertekan oleh salah satu atau lebih tulang
belakang yang melengkung. Hal ini dapat menyebabkan kaki terasa kebas atau lemah,
inkontinensia atau tidak mampu menahan buang air kecil maupun besar. Sebagian
penderita skoliosis pria bisa mengalami disfungsi ereksi.
Gejala skoliosis pada anak mungkin
tidak disadari karena biasanya tidak menyebabkan rasa sakit dan kemunculannya perlahan-lahan.
Jika Anda menduga anak Anda mengalami gejala skoliosis, segera temui dokter
untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Penyebab
Skoliosis
Kebanyakan penyakit skoliosis tidak
bisa dicegah karena sering kali kondisi ini tidak diketahui penyebabnya. Ada beberapa
tipe skoliosis yang dikelompokkan menurut penyebabnya seperti di bawah ini.
- Skoliosis idiopatik. Kasus skoliosis yang tidak diketahui penyebab pastinya disebut idiopatik. Menurut penelitian, sekitar sepertiga penderita skoliosis idiopatik terkait faktor genetika. Skoliosis idiopatik diderita sebanyak 80 persen dari jumlah penderita skoliosis.
- Skoliosis degeneratif. Skoliosis degeneratif terjadi akibat kerusakan bagian tulang belakang secara perlahan-lahan. Skoliosis tipe ini menimpa orang dewasa karena seiring bertambahnya usia, beberapa bagian tulang belakang menjadi lemah dan menyempit. Selain itu ada beberapa penyakit atau gangguan yang berhubungan dengan tulang belakang yang bisa menyebabkan skoliosis degeneratif, seperti osteoporosis, penyakit Parkinson, motor neurone disease, sklerosis multipel, dan kerusakan tulang belakang yang terjadi akibat operasi.
- Skoliosis kongenital. Skoliosis kongenital atau bawaan disebabkan oleh tulang belakang yang tidak tumbuh dengan normal saat bayi dalam kandungan.
Selain itu ada juga beberapa
gangguan pada saraf dan otot atau penyakit neuromuscular, seperti
distrofi otot dan lumpuh otak.
Diagnosis
Skoliosis
Skoliosis dapat didiagnosis oleh dokter
dengan cara pemeriksaan fisik pada bahu, tulang belakang, tulang rusuk, dan
pinggul untuk melihat apakah ada yang tampak menonjol dari salah satu bagian
tersebut.
Selain itu, dokter juga akan
melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan saraf, seperti memeriksa
kenormalan refleks tubuh, sensasi dan kekuatan otot.
X-ray bisa dilakukan untuk melihat sudut
lengkung tulang belakang atau sudut Cobb, dan memastikan diagnosis skoliosis.
Dokter ortopedi mungkin akan menyarankan tes lanjutan jika dibutuhkan, seperti CT
scan atau MRI scan.
Perawatan
Skoliosis
Perawatan skoliosis yang dilakukan
akan didasari kepada tingkat keparahan, usia, lokasi dan pola lengkungan, serta
jenis kelamin penderita. Beberapa perawatan yang bisa dilakukan adalah sebagai
berikut.
- Observasi. Observasi dengan X-ray dapat dilakukan tiap enam bulan untuk memantau perkembangan lengkungan. Kebanyakan skoliosis yang diderita anak-anak tidak parah dan tidak memerlukan perawatan karena tulang yang melengkung bisa kembali normal seiring perkembangan anak.
- Obat. Perawatan dengan menggunakan obat-obatan biasanya diberikan kepada penderita skoliosis dewasa dan bertujuan meredakan rasa nyeri. Obat yang diberikan biasanya parasetamol atau obat antiinflamasi non-steroid (AINS), seperti ibuprofen.
- Penyangga. Penyangga diperlukan untuk menghentikan lengkungan tulang belakang bertambah parah dan biasanya diberikan kepada penderita skoliosis anak-anak yang parah atau yang memiliki sudut lengkung lebih dari 20 derajat. Penyangga diberikan hanya kepada anak-anak dalam usia pertumbuhan. Walau tidak bisa menyembuhkan skoliosis, memakai penyangga bisa mencegah skoliosis bertambah parah.
- Operasi. Operasi hanya dilakukan jika perawatan skoliosis lainnya tidak sukses dan lengkungan tulang belakang sudah lebih dari 50 derajat. Operasi akan memperkuat tulang belakang dengan menggunakan sekrup dan tangkai baja. Walau jarang terjadi, namun operasi memiliki beberapa risiko, seperti pasien mengalami pergeseran tangkai baja, infeksi, serta kerusakan saraf.
Komplikasi Skoliosis
Komplikasi akibat skoliosis dapat
terjadi jika tidak ditangani dengan baik, namun hal ini jarang terjadi. Berikut
ini adalah beberapa komplikasi skoliosis yang mungkin terjadi.
- Masalah jantung dan paru-paru. Pada skoliosis yang parah atau yang tulang belakangnya melengkung lebih dari 70 derajat akan mengalami kesulitan bernapas dan jantung akan kesulitan untuk memompa darah ke seluruh tubuh sebagai akibat tertekannya jantung dan paru-paru oleh rongga dada.
- Masalah punggung. Nyeri punggung jangka panjang dan artritis biasanya menimpa orang dewasa yang saat kecil menderita kondisi skoliosis.
Sumber :
0 komentar:
Post a Comment